NWDI Online, Lombok Tengah - Kehadiran Ummi Rohmi, calon gubernur NTB 2024—2029, pada acara Presean di Desa Ungga Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah sontak membuat heboh seribuan penonton. Olahraga khas suku Sasak Lombok yang telah mendapatkan status warisan budaya tak benda dari Kementerian Pendidikan dan kebudayan (Kemdikbud) RI ini selama ini hanya dimainkan oleh kalangan laki-laki.
“Tidak biasa seorang perempuan memasuki gelanggang Presean ini. Ummi Rohmi masuk ke lapangan dan meskipun hanya berpose namun memberikan simbol jika beliau peduli dengan kebudayaan,” kata Ahyar, salah satu penonton.
Memang benar, tampak Ummi Rohmi berada di gelanggang presean, memegang rotan di tangan kanan dan perisai kulit binatang di tangan kiri, dengan logo Desa Ungga di permukaannya. Seusai berpose dan beraksi sesaat sebagai Pepadu (sebutan untuk petarung Presean), Ummi Rohmi memberi kata sambutan.
“Hari ini tiang tonton presean. Dan kita lihat dari presean itu, setelah selesai bertarung, kemudian berpelukan. Jadi kita diajarkan bagaimana bertarung dengan penuh sportifitas, budaya, ciri kita yang harus kita jaga dan lestarikan,” Ummi Rohmi membuka sambutannya.
Ummi Rohmi, masih dalam sambutannya, menyatakan komitmennya untuk kegiatan kesenian dan kebudayaan. Menurutnya, presean adalah kesenian yang mesti dijaga dan dirawat. “Mudah-mudahan olahraga presean ini akan bisa terus kita lestarikan, dan menjadi ciri khas kita,” imbuhnya.
Selain seni dan budaya, Ummi Rohmi menyinggung pula pentingnya pendidikan. Ummi Rohmi membeberkan jika dia mengenal satu warga Desa Ungga yang kini telah sukses setelah menempuh pendidikan dengan penuh perjuangan. Sosok yang diceritakan Ummi Rohmi berasal dari keluarga buruh dan kusir cidomo.
“Di Desa Ungga tiang mengenal satu sosok, Doktor Juned. Pak Juned bisa menjadi doktor, nggih. Itu harus menginspirasi seluruh warga Ungga, bahwa keterbatasan tidak menahan kita untuk menjadi orang sukses. Mudah-mudahan akan banyak ahli-ahli hebat dari Desa Ungga, doktor, professor, ekonom,” tutur Ummi Rohmi. (red)
Komentar