NWDI Online. Com - Sebenarnya tulisan kali ini
tujuan utamanya memperkokoh kesepakatan RTGB KH. Zainuddin Ats-Sani dan TGB.
Dr. KH. M. Zainul Majdi, MA., dimana kesepakatan tersebut membuka lembaran baru
bagi dinamika zurriyat dan warga Hamzanwadi.
Penguatan kesepakatan tersebut sangat penting agar
semua elemen masyarakat mengerti latar belakang, tujuan, isi dan manfaatnya
bagi masyarakat umum. Dan berharap semoga pihak terkait serta semua elemen
masyarakat komitmen melaksanakan isi perjanjian.
Untuk membatasi pembahasan, tulisan dibatasi
seputar dasar-dasar pemikiran yang memperkuat narasi persamaan NW-NWDI. Kenapa
itu penting? Sebab kesepakatan itu esensinya agar zurriyat dan jamaah bisa
bersatu dalam semangat meneruskan perjuangan Bapak Maulanasyaikh. Sementara
ormas NWDI sebagai bagian kesepakatan sering dipersepsi sebagai bentuk
pembangkangan terhadap sumpah bai’at.
Oleh karenanya, untuk mengerti persamaan NW-NWDI,
harus meletakkan nalar dalam frekwensi yang sama.
Landasan pertama, persamaan NW-NWDI adalah iman.
Kita ketahui, iman taqwa merupakan misi inti
organisasi yang didirikan Almagfurulah Maulanasyaikh. Iman boleh dikatakan
muara dari program pendidikan sosial dan dakwah Hamzanwadi. Sehingga perbuatan
yang melanggar norma-norma agama bisa disebut merusak perjuangan Bapak Maulanasyaikh.
Apapun masalah yang terjadi di organisasi,
seharusnya menjadi kesempatan menunjukkan pengkhidmatan terbaik ditengah
masyarakat. Legtimasi tertinggi kebijakan organisasi adalah umat. Jika masyarakat
disuguhkan masalah yang bikin dia tegang, tidak tenang, dapat pastikan
masyarakat akan menjadi apatis pada warisan Almagfurulah.
Masalah yang mendera merupakan ujian kualifikasi
bagi pejuang Hamzanwadi. Teruslah Berfastabiqul khqirat... Teruslah
berkontribusi untuk kemajuan dan kesejahteraan. Supaya tidak terjebak pada
hal-hal yang tidak substansi.
Demi menciptakan kedamaian dan ketenangan
masyarakat terimalah kenyataan bahwa hakekatnya NW-NWDI sama.
Hayati rukun iman ke enam bahwa ketentuan baik dan
buruk datang dari Allah SWT. Jika spirit iman ini dihayati dalam tindak tutur
maka akan percaya apa yang terjadi di organisasi pasca wafatnya Al-Maghfurulah merupakan
kehendak sang Pencipta. Hindari memperbesar perbedaan yang kecil. Fokus pada
program-program keummatan.
Landasan kedua persamaan NW- NWDI adalah Nasab.
Kalau berpikir jernih dan objektif maka akan tampak
bahwa NW-NWDI satu-kesatuan. Sebab kedua pimpinan merupakan putra-putri terbaik
zurriyah guru besar Almagfurulah Maulansyaikh.
Jika membaca dan mencermati wasiat dengan seksama
dan utuh. Maka ditemukan secara tersurat maupun tersirat bahwa TGB. KH.
Muhammad Zainul Majdi, MA dan RTGB. KH. Muhammad Zainuddin At-sani selaku putra
terbaik umi Hj. Siti Rauhun ZAM dan ummi Hj. Siti Raehanun ZAM, punya porsi
yang sama dalam meneruskan perjuangan bapak Maulanasyaikh.
Seperti pesan wasiat di bawah:
"Wahai anakku Rauhun Raehanun
Tetapkan diri selangkah seayun
Membela NW turun temurun
Bertangga naik berjenjang turun"
Pesan wasiat yang secara khusus mengkhitob kedua
putrinya satu penegasan. Bahwa kedua zurriat sama-sama diamanahkan untuk
meneruskan warisan Almagfurulah, dan yang disebut warisan adalah NWDI, NBDI DAN
NW.
Dengan demikian, NW-NWDI satu entitas. meskipun
secara faktual berbeda ditinjau dari sisi tahun pendirian, akte notaris maupun
anggaran dasar rumah tangga organisasi.
Perlu di garis bawahi, perbedaan tersebut bukan
berarti tidak SAMA. Karena jika mau disebutkan, persamaannya jauh lebih banyak
daripada perbedaannya.
Untuk mengerti itu, mari cermati makna hakiki
konsep "persatuan". Seperti yang di tulis cendekiawan muslim
Norkholis Majid. Ketika menjelaskan hakekat persatuan islam. Menurutnya, persatuan
islam itu bukan berarti menghilangkan perbedaan. Persatuan itu bukan
menyeragamkan umat muslim, apalagi menyatukan pikiran umat islam. Persatuan
islam hakekatnya menyatukan visi dan semangat dalam mencapai cita-cita bersama
yaitu islam yang rahmatan lilaalamiin dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Adanya aliran pemikiran islam yang berkembang dikalangan ulama dan
cendekiawan kontemporer bukan berarti islam terpecah-belah. Al-Quran adalah
kitab yang maha sempurna. Tak seorangpun mampu menggali secara komprehensif
kandungan satu ayat tuhan. Oleh karenanya perbedaan dalam mengambil istinbat
hukum sesuatu yang sah dan diapresiasi oleh agama, dengan menyebutnya perbedaan
adalah rahmat.
Demikian juga, konsep PERSAMAAN NW-NWDI. Kata
"Persamaan" bukan berarti tidak Ada PERBEDAAN. Adanya PERBEDAAN bukan
berarti tidak SAMA. Apalagi faktanya persamaannya lebih banyak dari
perbedaannya, dengan logika itu cukup untuk menyimpulkan NW-NWDI hakekatnya
SATU. Kesatuan/persamaan dimaksudkan adanya kesamaan visi meneruskan perjuangan
Bapak Maulansyaikh.
Landasan ketiga persamaan NW-NWDI wasiat renungan
masa.
Wasiat renungan masa merupakan kitab babonnya Warga
Hamzanwadi. Sebagai sebuah pedoman organisasi intelektual Hamzanwadi punya
tanggung jawab menjadikannya pondasi untuk memperkokoh silaturahmi antar warga.
seperti fatwa Al-Maghfuulah di setiap kesempatan. "Kompak utuh
bersatulah".
Wajib ain hukumnya intelektual muda mengembangkan
narasi yang bisa dipedomani masyarakat untuk membina keutuhan warga dan umat
secara keseluruhan. Ada semacam tanggung jawab moral bagi kelas menengah Hamzanwadi
(para intelektual) memaknai pesan moral Al-Maghfurulah sesuai kondisi dan
kebutuhan umat. Tentu mengacu pada paradigma ilmiah yang bisa memberikan ruang
bagi kita untuk memberikan tafsir terhadap penomena sosial dan pedoman wasiat
sesuai kondisi masa kini.
Masalah yang muncul di organisasi selain merupakan
bias masalah keluarga dan politik, dapat juga bersumber dari pesan moral Al-Magfurulah
yaitu pesan yang termasuk kategori "mutasyabih" (Meminjam istilah
ilmu studi Alquran) Karena maknanya menimbulkan multitafsir.
Namun ada juga nasehat/pesan yang termasuk kategori
'muhkamat". Seperti: menegakkan iman taqwa, menjaga persatuan dan kesatuan
(kompak, utuh, bersatu) dan ikut berpartisipasi dalam membangunan tanah air.
Pesan-pesan yang termasuk kategori muhkamat inilah
yang seharusnya mendapat porsi lebih banyak untuk di dakwahkan melalui mimbar.
Sedangkan Pesan yang termasuk kategori
"mutasyabih" butuh pendekatan lain untuk bisa menemukan makna hakiki
dan majazinya. Kita mengenal beberapa paradigma dalam menjelaskan problem
hermeneutika dalam pesan mutasyabih. Seperti hermeneutika teoritis,
hermeneutika folosofis dan hermeneutika kritis. (Karenan keterbatasan ruang tidak
bisa dijelaskan disini).
Saya mendengar dan melihat dimedia sosial masih ada
anak muda yang ditokohkan bicara wasiat tapi miskin paradigma. Ahirnya ketika
menjelaskan pesan wasiat ujung-ujungnya, memprovoksi umat agar mengikuti emosi
pribadinya.
Kalau pengajaran Bapak Maulanasyaikh diperas, akan
ketemu santan patinya berupa: menegakkan iman-taqwa, izzul islam wal muslimiin
Perdebatan yang berkembang ditengah umat lebih
banyak disebabkan "Truthclaim" dan suka "menghakimi".
Mungkin kalau berpikirnya fokus pada program kebaikan ummat. Minimalisir
menghakimi. Fahami tugas kita adalah menyempurnakan ikhtiar menggali kebenaran
dengan terus berkarya dan mengabdi. Bila saatnya, Tuhan akan tunjukkan
kebenaran haqiqi itu. Dan kita tidak usah khawatir seandainya tergolong
kelompok yang keliru dalam ijtihad organisasi, selama diniatkan sebagai proses
pencarian kebenaran, dan tindak tutur kita sesuai dengan Qur’an hadits, percaya
apa yang dijanjikan Nabi SAW bahwa jika ijtihad kita benar akan di ganjar dua
kebaikan. Jika salah akan diganjar satu kebaikan. Tetaplah istiqomah membina
iman taqwa.
Semoga tetap berikhtiar menemukan kebenaran dengan
terus berkarya untuk kekompakan keadilan dan kesejahteraan umat. Amiiin'yaa
mujiibassaailiin. Wallohu A’lamubishshowab. (red).
Amq Bongoh, 5 Oktober 2022
Komentar