NWDI Online. Com - Kisah para kyai atau wali yang dapat bepergian jauh dalam waktu singkat agaknya bukan isapan jempol. Pasalnya, di blantika ilmu kanuragan dikenal istilah Ilmu Melipat Bumi. Dengan ilmu tersebut seseorang dapat mempersingkat waktu perjalanan ribuan kilometer dalam hitungan detik. Konsepnya hampir mirip film Hollywood berjudul “JUMPERâ€. Dalam film tersebut dikisahkan seorang pemuda yang dapat ‘melompat’ dari suatu tempat ke tempat lain yang berjarak ribuan mil hanya dalam sekejap mata.
Mengutip misteri online, dalam ilmu pengetahuan modern fenomena ini dikenal dengan istilah TELEPORTASI. Sebuah kata yang pertama kali muncul di tahun 1931 dari penulis Amerika bernama Charles Fort.Kata ini ia gunakan untuk menggambarkan anomali (keanehan) suatu materi yang menghilang di satu titik dan muncul di titik lain yang berjarak sangat jauh dalam waktu singkat.
Dikalangan Nahdiyyin(sebutan untuk jamaah NU dan NW-red), hal semacam ini sudah lumrah dan menunjukkan kekeramatan seorang kiyai.
Cerita berikut ini merupakan kisah kekeramatan Maulanasyaikh Zainuddin Abdul Majid.
Melansir dari postingan akun facebook PDNW Sultra, Karomah Melipat Bumi dalam cerita ini disampaikan oleh salah seorang murid Maulana Syaikh bemama Ustadz H. Ahmad Saleh, asal Montong Baan, Lombok Timur. Dan contoh dalam kisah ini, disarikan dari buku yang berjudul, “Orang Maroko Itu Sembuh Di Lombokâ€, sebagai berikut;
“Suatu ketika, pengajian umum Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diselenggarakan di suatu tempat di wilayah Kecamatan Keruak, Lombok Timur. Dan saat itu pengajian selesai menjelang shalat Maghrib tiba. Sementara bagi Maulana Syaikh, merupakan kebiasaan bagi diri beliau dalam Shalat Maghrib di awal waktu dan bertempat di kediamannya di Bermi Pancor.
Oleh karena itu, setelah pengajian usai, beliau segera mengajak sopir berangkat.
“Ayo kita berangkat !â€, seru Maulana Syaikh kepada sopirnya.
Lalu, berangkatlah beliau beserta rombongannya. Dan suatu hal yang unik terjadi adalah ketika berangkat dari wilayah Keruak sudah terdengar suara Muadzzin di sebuah masjid yang saat itu baru memulai membaca pendahuluan adzan Maghribnya, dengan membaca QS al-Ahdzab: 56, ayat yang awalnya;
Innallaaha wa malaa ’ikatahu....dan seterusnya.
Begitu sampai di wilayah Rensing, Muadzzin di wilayah ini juga baru mulai membaca pendahuluan adzan Maghrib, seperti di atas.
Selanjutnya, ketika rombongan sudah sampai di wilayah Sakra, kemudian Rumbuk dan Songak, Muadzzin masih juga baru mulai membaca pendahuluan adzan Maghrib, seperti dijelaskan di atas.
Demikian juga, setelah sampai di kediaman beliau di Pancor, ternyata muadzzin masih baru mulai juga dengan membaca pendahuluan adzan Maghrib.
Subhanallaah. Dengan memerhatikan sekelumit cerita di atas, maka kita dapat menemukan sesuatu hal yang aneh dalam perjalanan Maulana Syaikh tersebut. Dimana, perjalanan yang biasa ditempuh jika normal dengan tanpa hambatan dari wilayah kecamatan Keruak sampai dengan Pancor itu adalah tiga puluh menit dan bahkan lebih itu. Namun demikian, bagi Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan rombongan yang mengikutinya, perjalanan tersebut ditempuh hanya dalam hitungan beberapa detik, sehingga kebiasaan shalat Maghrib di awal waktu di kediaman beliau, tetap seperti biasanya. Dan dapat kita bayangkan, jika saja rombongan tersebut dengan tanpa Maulana Syaikh, maka bisa saja Shalat maghribnya kebablasan alias terlambat, karena sampai di Pancor, sudah adzan untuk shalat Isya. Dan inilah gambaran Karomah Melipat Bumi yang ada pada pada diri beliau Maulana Syaikh. (Redaksi).
Lihat : Buku "Membaca Kewalian dan Karomah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, hal. 144-145, Penulis : Muslihan Habib"
Komentar