default ads banner CODE: NEWS / LARGE LEADERBOARD / 970x90

Sumpah Pemuda, Visi Kebangsaan dan Semangat Bekerjasama

Sumpah Pemuda, Visi Kebangsaan dan Semangat Bekerjasama
Opini
Ilustrasi_internet stock
default ads banner CODE: NEWS / BANNER 1 / 468x60

NWDI Online. Com - Sebelumnya, mari kita tengok latar belakang lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Fakta yang tidak bisa ditolak ialah manusia yang hidup di tanah ini (Indonesia) memiliki warna kehidupan yang beragam. Mereka berasal dari latar belakang suku, budaya, ras, dan agama yang berbeda-beda. Melalui pengalaman menyakitkan sebagai manusia yang dijajah, manusia yang ditindas, manusia yang diperbudak, mereka kemudian menyatakan komitmen perjuangan yang disepakati secara bersama-sama dan bertekad hidup sebagai satu bangsa melalui peristiwa Sumpah Pemuda. 

‌Manusia Indonesia hidup di atas ribuan pulau dengan bahasa yang berbeda, budaya yang berbeda, bahkan memeluk agama yang berbeda-beda pula. Ketika kelompok-kelompok gerakan kemerdekaan muncul jauh sebelumnya, banyak yang bernuansa kesukuan dan agama tertentu. Kelompok pejuang kemerdekaan itu kemudian bertemu dalam Kongres Pemuda II yang berlangsung dari tanggal 26-28 Oktober 1928. Dalam peristiwa bersejarah itulah, mereka membangun visi bersama.

Menurut Yudi Latif (2011), melalui Sumpah Pemuda, kaum muda berusaha menerobos batas-batas sentimen etno-religius dan membangun konsepsi kewargaan berdasarkan kesamaan tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan. ‌Sentimen etno-religius itu lebur dalam tekad yang dibangun bersama oleh para pemuda. Itulah nilai yang diwariskan kepada kita saat ini. 

Sumpah Pemuda adalah ideofak yang mengingatkan kita pada visi bersama yang telah dibangun di masa lalu. Itulah arti penting peringatan Sumpah Pemuda yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Peringatan Sumpah Pemuda bukan sekedar mengerek bendera hingga ke ujung tiang, namun yang tidak kalah penting ialah mengembalikan kesepakatan yang telah dibentuk di masa lalu pada puncak kesadaran kita masing-masing. 

‌Kesadaran terhadap perbedaan melahirkan kesadaran untuk hidup bersama dan bekerjasama. Kelompok pemuda yang tergabung dalam Jong Java, Jong Ambon, Jong Maluku, Jong Sumatra, dan beberapa lainnya berkumpul dan merumuskan satu visi bersama. Itulah yang menjadi spirit mereka berjuang melawan penjajah hingga kemerdekaan Indonesia berhasil diraih. Kesepakatan yang telah mereka hasilkan bukan hanya menjadi modal mereka berjuang sata itu, melainkan juga harus menjadi perekat kebangsaan kita pada dewasa ini. Nilai-nilai yang terdapat dalam Sumpah Pemuda 94 tahun lalu tidak luntur dan harus menjadi pengingat terhadap komitmen berbangsa kita pada saat ini.

‌Bayangkan apabila tiap kelompok pemuda dari berbagai suku berjuang sendiri-sendiri tampa simpul gerakan, dan visi bersama barangkali kemerdekaan Indonesia akan sulit diraih bahkan tidak akan diraih. Nilai Sumpah Pemuda, yang juga dapat kita temukan dalam rumusan Pancasila yang menjadi falsafah hidup berbangsa dan bernegara yang dirumuskan Soekarno di kemudian hari, menjadi perekat kebangsaan kita hingga pada hari ini. Jika ikatan itu kita lepaskan, besar kemungkinan keutuhan kita sebagai bangsa juga akan sirna. 

‌Patut kiranya, kita kembali menginternalisasi nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam laku hidup kita sehari-sehari terutama dalam berorganisasi. Organisasi adalah wadah dan bukan tujuan. Sama halnya dengan keberadaan organisasi atau kelompok pemuda yang mula-mula diikat oleh rasa kesukuan. Kelompok-kelompok yang menghimpun mereka adalah wadah perjuangan untuk membebaskan diri dari kejamnya penjajah dan mewujudkan cita-cita bersama hidup sebagai satu bangsa yang merdeka di atas tanah air Indonesia.

Keberadaan kelompok-kelompok itu tidak mengaburkan tujuan mereka yang sesungguhnya. Jika saat ini terjadi bias dalam berorganisasi, maka saya kira kita mengalami satu kemunduran berfikir yang luar biasa dari apa yang telah ditunjukkan oleh para pemuda 94 tahun yang lalu. Jika sentimen etno-religius harus dilebur dalam satu visi bersama, maka ego berorganisasi juga wajib dilakukan sehingga tidak mengaburkan arti perjuangan yang sebenarnya.

‌Para pemuda dulu berhasil berkerjasama melawan penjajah dan meraih kemerdekaan, pemuda saat ini harus bersama-sama dan bekerjasama mengisi kemerdekaan. Bukan justru mengoyak visi itu dengan ego kelompok atau organisasi masing-masing. Hal itu sangat kontraproduktif dengan tujuan kita berbangsa dan bernegara. Wallahu'alam.

Oleh : Moh. Zalhairi (PD NWDI DOMPU) 


  • Tags
default ads banner CODE: NEWS / BANNER 2 / 468x60

You can share this post!

Komentar