NWDI Online. Com - Seorang santri mendatangi Kiyainya dan berkata, “ Guru... Saya sudah tahunan mengamalkan dzikir, tetapi mengapa dzikir tersebut belum bisa masuk ke jiwa, bahkan sangat sulit sekali untuk mencapai fokus dan khusyu’ ketika dzikir. Mohon bimbingan dan nasehatnya.â€
Lalu Kiyainya masuk ke dapur, mengambil pisau dan bawang merah, kemudian berkata, “ Ini kamu saya beri tugas untuk mengelupas bawang merah dengan pisau ini, kamu bersihkan sampai bersih.â€
Santri tersebut bingung dan bengong, diapun berguman di dalam hatinya, jauh-jauh mendatangi gurunya meminta nasehat dan bimbingan dzikir agar bisa masuk ke dalam hati, malahan diajari kuliner.
Setelah beberapa saat, Kiyainya bertanya, “ Apa yang kamu alami dan kamu rasakan ketika kamu mengelupas bawang merah tersebut...?â€
Santri tersebut menjawab, “ Semakin saya kupas semakin dalam bawang merahnya semakin bersih dan halus. Semakin saya kupas ke dalam, kedua mata saya tidak kuat sampai menangis, saya kupas lagi sampai dalam semakin halus dan bersih. Kemudian saya terus mengelupasnya akhirnya habis kulitnya menjadi kosong.â€
Kemudian Kiyai tersebut menjelaskan, “ Orang yang mengerjakan dzikir itu sama dengan orang yang mengelupas bawang merah/ brambang. Kamu tahu kan bahwa bawang merah itu terdiri dari lapisan kulit yang bertumpuk-tumpuk. Kulit bawang merah bagian luar sangat kotor dan jelek, itu adalah ibarat dosa-dosamu yang selama ini menutupi hatimu, sehingga menjadi hijab antara dirimu kepada Allah.
Dosa-dosa yang kamu kerjakan setiap hari semakin lama semakin menumpuk, dengan dzikir yang benar dan istiqomah, maka semua dosa itu akan terkelupas dan luntur dalam jiwa kita.
Dzikir yang baik dan benar itu ketika kamu melantunkan antara bibir, hati dan pikiranmu menjadi satu, sambil merasakan diri kita banyak dosa, maka jiwamu tergoncang dan timbullah ledakan air mata yang mengalir di pipimu. Itulah makna mengapa orang yang mengelupas bawang merah banyak yang menangis.
Mengapa selama ini dzikirmu tidak masuk ke jiwamu...?
Karena ketika dzikir antara ucapan dibibir dengan di hati tidak sama, apalagi ketika dzikir pikiranmu terbang kemana-mana. Bagai,mana dzikirmu bisa masuk ke dalam jiwamu dan membersihkan jiwamu dari kotoran dan dosa.
Jika dzikirmu masuk ke relung jiwamu, maka air matamu akan tumpah meleleh, tanda keluarnya dosa-dosa, semakin lama jiwa jiwamu sudah bersih, maka air matamu yang tumpah itu sebuah ungkapan kalau hatimu semakin cinta dan rindu menggebu -gebu kepada Allah.
Ketika kamu mengupas bawang merah semakin dalam, maka kulitnya akan habis dan yang ada adalah kosong. Itu maknanya adalah jika dzikirmu semakin ke dalam dan jiwa dan hatimu semakin halus, karena kotoran dosa semakin luntur maka ketika dzikir kamu akan masuk ke dimensi suwung, dimensi kekosongan, hening yang rasanya sangat nikmat sekali, sulit untuk dijabarkan oleh kata dan kalimat.
“ Sekarang kamu sudah faham..........? â€
Santrinya menjawab, “ Alhamdulillah terimakasih guru, sangat faham sekali ternyata inilah hikmah dan filosofi mengelupas bawang merah/merah. Saya akan memperbaiki dzikir saya seperti mengelupas bawang merah.â€
"Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis." (Qs. Maryam [19]: 58).
“Dua mata yang tidak tersentuh api Neraka: Mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang melek berjaga dijalan Allah.†(HR. Turmudzi ).
Komentar